Pemerintah Harus Hati-Hati Pilih Benih PRG

[aioseo_breadcrumbs]

By Nugroho – 05 Agustus 2019

Purwokerto, Gatra.com- Peneliti Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Prof Totok Agung Dwi Haryanto meminta pemerintah berhati-hati memilih benih hasil Produk Rekayasa Genetik (PRG) atau Genetically Modified Organism (GMO). Pasalnya, produk tersebut belum tentu aman bagi kesehatan.

Menurut Totok, sejumlah negara menolak untuk menanam benih PRG di lahan mereka. Sebab, mereka melakukan seleksi ketat terhadap benih unggul dengan alasan keamanan, kesehatan dan ekosistem di negara tersebut.

“Pemerintah perlu ekstra hati-hati dalam soal benih PRG. Di dunia ini tidak sedikit negara yang menolak menanam benih PRG di lahan-lahan mereka, bahkan di berbagai wilayah di Amerika sendiri juga menolak, padahal penghasil benih PRG terbesar di dunia adalah industri Amerika. Kita perlu telaah semua aspek terutama keamanannya pada ekosistem dan kesehatan,” kata Totok, Senin (5/8).

Guru besar Fakultas Pertanian Unsoed ini mengatakan, pemerintah semestinya menyadari, bangsa Indonesia baik petani maupun kalangan akademisi memiliki pengetahuan untuk mengembangkan benih unggul. Namun, hingga saat ini pemanfaat bibit terbaik untuk lahan pertanian masih belum maksimal.

Menurut dia, Indonesia seharusnya menjadi pemasok utama benih unggul pangan alami yang nilainya sangat tinggi ke seluruh dunia. Sebab alam Indonesia memiliki kekayaan genetik sebagai bahan baku untuk membuat bibit.

“Tapi PRG ini juga memberikan pilihan kepada masyarakat bahwa ada teknik atau metode tersendiri untuk meningkatkan produksi, yang harus memenuhi syarat-syarat ketat dari pemerintah,” katanya.

Totok mengaku, hal tersebut juga disampaikan pada Diskusi Peta Jalan Perbenihan Indonesia, di gedung lama KPK, Jakarta, Sabtu (3/8) lalu. Pada pertemuan tersebut direkomendasikan empat poin penting tentang perbenihan kepada pemerintah.

“Pertama regulasi yang memihak pada kedaulatan benih nasional. Kedua, soal sumber daya manusia terutama menyangkut ilmu pengetahuan yang masih perlu ditingkatkan. Ketiga soal teknologi benih Produk Rekayasa Genetik (PRG) yang harus dilindungi oleh pengambil kebijakan dan keempat mengenai kelembagaan petani, petani penangkar, petani yang memproduksi, distribusi hingga petani pemulia,” jelas salah satu pendiri Koperasi Benih Kita Indonesia (Kobeta) ini.

Sementara itu, Koordinator Sistem Informasi Unsoed, Alief Einstein mengatakan, para peneliti dari Unsoed kerap menghasilkan riset benih unggul yang berguna di bidang pertanian. Bahkan, beberapa negara seperti Sudan juga sudah bekerjasama dengan Unsoed untuk menanam padi Inpago-1.

“Beberapa negara juga mengirim mahasiswanya untuk belajar tentang pertanian di Unsoed serta bekerjasama untuk riset penelitian padi di negara masing-masing,” katanya.

 Reporter:  Nugroho Sukmono

 Editor:  Syamsul Hidayat

 https://www.gatra.com/news-435340-technology-pemerintah-harus-hati-hati-pilih-benih-rpg-.html

Bantuan Hubungi WA +62 82 112 544 655